Oleh. Satria hadi lubis
Seorang kader dakwah harus pandai mengelola kekecewaannya agar tidak futur (patah semangat) dari jalan dakwah yang penuh berkah ini.
Caranya dengan :
1. Memelihara keikhlasan.
Perumpamaan orang yang ikhlas seperti kuda yang memakai kacamata kuda. Ia hanya fokus bekerja dengan tujuan mencari ridho Allah. Tak peduli dengan hingar bingar dan godaan yang datang di sepanjang jalan. Entah itu godaan berupa tawaran harta haram, membeli jabatan, kesombongan ketika menjabat atau ketiadaan keteladanan dari gurunya atau kader dakwah yang lain.
Dengan ikhlas, kader dakwah tak akan peduli dengan perasaan apakah ia dihargai atau dipinggirkan dalam barisan dakwah. Ingatlah, cukup ridho Allah sebagai satu-satunya harapan kita. Yang lainnya hanya bonus, dapat alhamdulillah. Tak dapat juga alhamdulillah.
2. Sibuk dengan hal-hal besar.
Biasanya yang sering kecewa itu kader dakwah yang sibuk dengan masalah-masalah kecil dan duniawi, sehingga suka meng-ghibah.
Kalau kita sibuk berdakwah tak sempat lagi membesar-besarkan kekurangan sesama kader dakwah. Ingatlah, orang besar sibuk dengan ide-ide besar. Orang biasa sibuk dengan peristiwa-peristiwa. Orang kecil sibuk dengan membicarakan orang lain.
3. Empati kepada kader dakwah yang lain.
Dengan peduli kepada sesama kader dan turut merasakan kesulitan-kesulitan mereka mengelola dakwah maka kita tak akan mudah menuduh mereka dengan berbagai fitnah.
Kepedulian menjadikan ukhuwah Islamiyah tak hanya sekedar slogan. Dan ini hanya bisa dilakukan jika kader dakwah tidak lagi egois memikirkan dirinya, keluarganya atau kelompoknya saja. Ia berpikir seperti yang disabdakan Rasulullah saw, “Seseorang diantara kalian tidak beriman jika belum bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari-Muslim)
4. Waspada terhadap fitnah yang menjelek-jelekkan dakwah dan para aktivisnya.
Ingatlah, salah satu cara melemahkan dakwah adalah memecah belah barisan dakwah. Islam hanya bisa dirubuhkan dengan lemahnya persatuan dan ukhuwah. Caranya dengan menyebarkan framing tentang qiyadah (pimpinan dakwah) atau tentang suramnya masa depan dakwah.
5. Terus aktif pada berkiprah pada potensinya,
Daripada terus menerus memendam kekecewaan lebih baik kita terus berkiprah secara produktif. Misalnya dengan terus merekrut dan membina. Sebab hal itulah kewajiban azazi kader dakwah.
Dengan terus berkiprah sesuai potensi, seorang kader dakwah akan menjadi ahli di bidang tersebut. Dan keahlian tersebut suatu ketika akan dibutuhkan oleh dakwah untuk bergerak maju.
6. Ekspresikan kekecewaan dengan tepat, yaitu kepada murobbi atau ustadz yang paham manhaj dakwah.
Sebaiknya jangan mengekspresikan kekecewaan dengan posting di medsos, yang hanya akan membuat girang para pembenci Islam. Ekspresikan dengan tepat melalui murobbi atau struktur dakwah terkait. Percayalah bahwa para pimpinan dakwah tidak anti kritik dan akan mendengarkan masukan kita.
Jangan mudah percaya berita-berita negatif tentang ikhwah lain, terutama tentang pimpinan, yang bisa menghancurkan soliditas barisan. Cek and ricek dari berbagai sumber. Bukan hanya butuh second opinion jika mendengar berita negatif, tapi juga third opinion, bahkan fourth, fivth opinion.
Jangan futur hanya gara-gara kecewa. Toh yang rugi bukan siapa-siapa, tapi diri sendiri yang nanti tak mampu menjawab hisab di akhirat karena meninggalkan medan dakwah.
Yakinlah, bahwa salah satu yang dihisab kelak kepada setiap muslim adalah kewajibannya dalam berdakwah.
يَٰبُنَيَّ أَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ وَأۡمُرۡ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَٱنۡهَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَٱصۡبِرۡ عَلَىٰ مَآ أَصَابَكَۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنۡ عَزۡمِ ٱلۡأُمُورِ
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar (dakwah) dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang diwajibkan kepadamu” (QS. Luqman (31) : 17).
Lagi pula, seandainya seorang kader dakwah futur, maka Allah pasti akan mendatangkan orang-orang yang jauh lebih baik dan lebih tangguh daripada sebelumnya.
Allah berfirman,
وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
“Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti kalian dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian ini. ”
(QS. Muhammad (47) : 38)
Allah juga berfirman,
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ
“Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kalian, wahai manusia, dan Dia datangkan umat yang lain sebagai pengganti kalian. ”
(QS. An-Nisa (4) : 133)
إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ. وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ
“Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti kalian dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.”
(QS. Ibrahim (14) : 19-20).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. ”
(QS. Al-Maidah (5) : 54)
Semoga Allah istiqomahkan kita di atas Islam dan dakwah.
Terus bergerak atau akan terlindas!

Tinggalkan komentar