Oleh. Satria hadi lubis
“Pak..! Mosok uang belanja gak naik-naik sih! Padahal kebutuhan harian makin bengkak nih..!” Kata emak pertama kepada suaminya. Lalu ia merinci dengan semangat apa saja yang harusnya dipenuhi suaminya agar uang nafkah menjadi cukup.
“Papah….tolong bisa ngerti donk! …pengeluaran kita makin banyak nih”, lalu si emak kedua nyerocos merinci dengan detail apa saja kebutuhan yg harus dipenuhi suaminya. Dari uang sekolah anak sampai uang ke salon agar si emak tetap kinclong.
“Koq uang yang kemaren dikasih sudah habis sih mi?” Kata seorang suami. Lalu si emak ketiga alias si ummi ini merinci pengeluarannya sebagai laporan keuangan kepada sang suami agar laporannya mendapat predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)…hehe. Lalu ditutup dengan resolusi agar uang belanja ditambah….hehe lagi.
Begitulah dinamika sebagian rumah tangga. Suami pulang cape-cape langsung mendapat “serangan darat” dari istrinya yang mengeluh tentang berbagai pengeluaran rumah tangga.
Alangkah indahnya jika para emak-emak bukan hanya “cerewet” dengan pengeluaran rumah tangga, tapi juga “cerewet” dengan pendapatan suaminya.
Dalam sebuah seminar anti korupsi yang pernah saya ikuti, sang pembicara menyampaikan data (sayangnya saya lupa sumber datanya) bahwa isteri yang sering mengeluh terhadap kekurangan pengeluaran rumah tangga berpotensi membuat suaminya tergoda untuk korupsi. Keluhan yang “cerewet”, apalagi diiringi dengan kalimat yang menyentuh harga diri suami, seperti, “suami macam apa kau”, “jadi laki koq males sih cari duit”, atau yang lebih kejam lagi, “kalau begini caranya lebih baik kita pisah aja…aku gak tahan dengan kemiskinan kita” bisa membuat suami gelap mata untuk cari uang demi memulihkan harga dirinya dihadapan istrinya.
Sebagian emak-emak kurang “cerewet” darimana dan dengan cara apa suaminya mendapatkan uang untuk nafkah keluarga. Malah sebaliknya, langsung gembira dan merasa disayang suami kalau suaminya kasih uang yang banyak. Persis seperti pepatah lama, “Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang”.
Padahal ini krusial. Mungkin saja uang yang didapat suami bukan uang yang halalan wat thoyyibah. Kemudian itu menjadi makanan haram yang mengalir dalam darah si suami, isteri dan anak-anaknya, sehingga doa satu keluarga sulit dikabulkan Allah ‘Azza Wa Jalla, sebagaimana hadits berikut : “Rasulullah bersabda, ‘Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh rambutnya kusut, mukanya berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku! Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram maka bagaimanakah akan diterimanya doa itu?” (HR Muslim).
Naudzubillah….Mungkin saja suami yang nyebelin, isteri yang susah dibilangin, anak yang bandel, padahal kita tiap hari berdoa sampai meneteskan air mata agar dikarunia pasangan yang sakinah dan anak yang sholeh, tidak dikabulkan Allah karena beredarnya uang haram di rumah kita sendiri.
Mari kita perbaiki komunikasi dengan pasangan kita, “cerewetlah” dengan darimana suami dapat uang agar keluarga kita selamat dunia akhirat.
Tentu bertanyanya dengan cara yang ma’ruf. Lebih baik lagi jika isteri juga mengurangi keluhannya atas kekurangan nafkah dari suami. Apalagi jika dilihat suaminya sudah rajin cari nafkah, banting tulang siang malam cari uang. Syukur-syukur isteri pengertian lalu mencari tambahan penghasilan atas izin suami.
Di sisi lain, untuk para suami bersabarlah terhadap “kecerewetan” istri atas nafkah. Jangan cepat tersinggung dengan keluhan isteri. Lalu akhirnya gelap mata mencari uang dengan cara yang tidak halal agar bisa dibanggakan isteri dan anak-anak. Ingat selalu ayat berikut ini : “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. 64: 14- 15).
*Dalam rangka Hari Antikorupsi Sedunia, 9 Desember 2024

Tinggalkan komentar