Oleh. Satria Hadi Lubis
KETIKA kenyataan tidak sesuai dengan harapan, maka bertawakallah kepada Allah.
Imam al-Ghazali merumuskan tawakkal sebagai “menyandarkan diri kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana, disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.”
Jadi, yang penting hati tetap tenang, walau kenyataan tak sesuai harapan.
Allah berfirman : “..Maka apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (Qs. 3 ayat 159).
Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, maka bersabarlah.
Imam Ibrahim at Taimiy berkata : “Setiap kali Allah menganugerahi kesabaran pada hamba-Nya, baik atas rasa sakit, malapetaka, dan musibah, pasti juga memberinya yang lebih baik dari (ganjaran) keimanan itu sendiri”.
Artinya, mempertahankan keimanan ketika sabar ganjarannya jauh lebih besar daripada memperoleh keimanan itu sendiri.
Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” (Qs. 2 ayat 153).
Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan, maka instrospeksi dirilah mengapa itu terjadi (muhasabah).
Mungkin hal itu terjadi karena kurang semangat, kurang hati-hati alias teledor, kurang kreatif, kurang ibadah dan doa, kurang silaturahim, dan sebab-sebab lainnya, sehingga realita tidak sesuai harapan.
Ingatlah…belum tentu yang tidak sesuai harapan itu buruk. Mungkin Allah akan memberikan ganti yang lebih baik di masa depan. Mungkin Allah ingin menyelamatkan kita dari musibah (yang lebih buruk). Mungkin Allah sedang mengangkat derajat kita menjadi orang yang sabar dan istiqomah. Wallahu’alam.
Yang penting terus muhasabah. Lalu perbaiki langkah-langkah ke depan sesuai dengan kemampuan ikhtiar kita. Sambil terus bersabar dan tawakal terhadap apa pun yang terjadi.
Sungguh takdir Allah itu pasti lebih baik daripada harapan kita yang rentan ditunggangi hawa nafsu.
Allah berfirman :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (Qs. 2 ayat 214).

Tinggalkan komentar