AYAH ADA AYAH TIADA

1–2 menit

Apa yang paling menyesakkan dari sebuah hubungan?
Pengabaian, terikat tapi renggang, tak kuat menjadi pegangan
Bersama tapi tak menuju ke arah yang sama
Dekat tapi tak lekat. Ada tapi tiada

Wahai lelaki mana saja yang menyebut dirinya ayah, abi, papa, bapak atau apapun yang serupa dengan itu …
Jika masih ada yang bertanya padamu “ayah kapan pulang?”
Bergembiralah karena masih ada yang merindukanmu
Jika masih ada yang sedih saat kau pergi keluar kota
Sematkan doa diam diam, karena masih ada yang berharap bertemu lagi denganmu
Merasa kehilangan saat tak ada di sisimu

Jika masih ada yang membuatmu lelah dan repot karena bermain bersama, bersyukurlah karena ada yang merasa nyaman denganmu

Saat ada yang menarik lenganmu
Memintamu berhenti sejenak dari handphonemu
Berpalinglah sejenak
Karena masih ada mata yang berharap bersitatap dengan tulusmu
Kelak mata kecil itu pula yang akan menyimpan cinta

Ayah…
Jika ia tak bisa merebut perhatianmu dengan cara yang lucu
Kelak ia akan menangih perhatianmu dengan cara yang sangat menyebalkan

Ia akan tumbuh besar dengan cepat
Lebih cepat berlalu dari waktu lemburmu

Jika ia mulai bosan menunggu kepulanganmu di depan pintu hingga terlelap
Jika ia mulai sadar bahwa rindunya beribu kali tak berbalas
Maka jangan salahkan ia jika tak lagi menanyakan kapan kau pulang
Tak lagi memandang kalender menunggu liburan bersamamu

Ketika ia mulai terbiasa tumbuh besar tanpa hadirmu, tanpa pelukanmu tanpa nasihatmu
Maka jangan tanya kenapa ia pun tak betah tinggal bersamamu saat menua

Tak menuntunmu saat tulangmu melemah
Ia hanya mengulang kebiasanmu dulu padanya
Jangan menyesali jika ia tak memiliki kenangan berkesan denganmu

Pengabaian itu mematikan rasa jiwa
Sama seperti perkataan seorang anak yang dengan tenangnya bekata pada sang ayah setelah sidang perceraian dengan ibunya :
“Kami akan baik baik saja jika ayah pergi dari rumah, karena belasan tahun ini kami sudah belajar terbiasa menganggap kami yatim”

Ah… sakit yang menggores jiwa yang mendengarnya.

Edited by. Satria hadi lubis

Tinggalkan komentar